“Self-love is the primary relationship you’ll have in your life. The more you develop this relationship the more fulfilling your life will be”. (Dr. Aaron Krasnow)
Hidup
sempurna dengan memiliki wajah dan tubuh yang indah, rumah mewah, dan memiliki
segalanya adalah dambaan semua orang. Hidup dengan nyaris sempurna. Namun,
dongeng tetaplah dongeng. Tidak akan ada pangeran berkuda putih yang datang dan
mengubah kehidupanmu menjadi “live happily ever after”.
Di
era millenial seperti sekarang ini, kita dapat dengan mudah saling melihat
kehidupan masing-masing melalui sosial media. Orang-orang memposting aktivitas,
hobi, rumah, dan diri mereka dengan bebas. Lalu, mucullah masalah baru, dimana postingan
di sosial media yang sebenarnya hanya merepresentasikan bagian kecil dari
kehidupan seseorang, mejadi dambaan kehidupan orang lain. Kita berusaha untuk
membuat diri kita setara atau terlihat sama dengan kehidupan orang lain yang
terlihat lebih “sempurna” dari kita, padahal diri kita tidak mampu. Akhirnya,
standar kesempurnaan yang dibuat oleh kita sendiri memperumit kehidupan yang
memang sudah jatuh bangun kita merangkainya.
Maka,
hal ini kemudian menjadi tantangan tersendiri bagi generasi millenial. Di
antara kecamuk batin dan keinginan-keinginan untuk tampil sesuai standar yang
orang-orang buat, menjadi sumber kesenangan orang lain, menjadi kita dibawah
tekanan yang pada akhirnya akan membuat kita stress dan hilang arti ketika tak
dapat mewujudkannya. Kita butuh berhenti dan mulai untuk mencintai diri sendiri
atau self-love.
Mencintai
diri sendiri adalah rasa penerimaan terhadap diri kita apa adanya. Kita
menerima segala hal yang sudah diri kita miliki, entah itu strenght atau
weakness, kita harus sadari bahwa semua itu adalah diri kita. Sama
halnya ketika kita jatuh cinta pada seseorang, kita pasti selalu ingin
menjaganya, memastikan kesehatannya, memastikan ia tidak terluka, dan
memastikan ia selalu bahagia. Seperti itu pula mencintai diri sendiri.
Keinginan untuk memeluk dan menerima diri kita harus menjadi prioritas dalam
kehipuan masing-masing. Sebab bagaimanapun, sesempurna apapun kehidupan yang
kita lihat dari orang lain, akan memiliki cacat yang berusaha mereka sembunyikan
sendiri-sendiri.
Hal
ini selarasa dengan teori yang dikemukakan salah seorang psikiater Swiss, Carl
Gustav Jung, yang terkenal dengan teori psikonalisisnya. Ia membagi diri
manusia menjadi tiga level, persona, shadow,dan the self. Persona atau
topeng adalah wajah yang ingin kita tampilkan pada dunia. Dengan kata lain,
kita ingin menjadi seseorang dengan standar yang ditentukan mayoritas orang.
Bahwa memiliki tubuh langsing, kulit putih, dan wajah mulus itu cantik. Bahwa
selalu tertawa, tak pernah terlihat susah adalah tanda orang yang memiliki
kehidupan yang sempurna. Padahal, jauh di dalam diri mereka, tersimpan memori
buruk, kekhawatiran, ketakutan, dan hal tak menyenangkan lainnya yang ingin
mereka sembunyikan dari selain mereka. Hal ini yang kemudian dinamakan shadow
atau bayanga. Sebagaimana orang yang memakai topeng, bayangan dari diri yang
sesungguhnya tersembunyi di balik topeng yang mereka kenakan. Di antara dua hal
baik dan buruk ini, ada satu sisi dalam diri kita yang menjadi penengah.
Menjadi malaikat bagi diri kita, yaitu the self atau penerimaan diri. Ia
menjadi pengontrol diri. Seseorang yang sudah mencapai level ini, akan lebih
menerima segala hal baik dan buruk dalam dirinya. Memeluk segala luka, dan
lebih mudah pula mengapresiasi diri.
Begitulah
self-love dibangun. Mungkin, untuk memulai mencintai diri sendiri tidaklah
semudah kedengarannya. Kita lebih mudah mencintai hal-hal indah, daripada hal
buruk yang tampak dan nyata. Kita lebih mudah bahagia dengan pujian dan pengakuan
dari orang lain. Kita menggantungkan kebahagiaan kita kepada orang lain,
sehingga ketika mereka pergi, kita hancur dan patah. Perlahan, mulailah membuka
pikiran, melihat lebih luas dan lebih dalam pada diri sendiri. Berhenti
membandingkan kehidupanmu dengan kehidupan orang lain. Tentukan kebahagiaan,
kebebasan, dan perkembanganmu atas hidupmu sendiri. Kamu yang lebih tahu
dirimu. Setiap orang sedang berjuang dengan jalannya masing-masing. Tak mudah
memang, tapi mari berjuang bersama. Apresiasi dirimu yang sudah bertahan
denganmu sejauh ini. Love yourself J
Widatul Fajariyah, a person,
definitely a woman, who plants memories in her garden, whether it is sweet, or
bitter sweet.
i love me
BalasHapusself-love juga merupakan bentuk syukur penuh atas apa yang telah dianugerahkan kepada kita yaitu diri sendiri.
self-love bukan berarti egois dan apatis. ia tidak lain adalah upaya untuk menjadi baik dulu, baik lagi dan baik terus.
terimakasih tulisannya menginspirasi
Senang bisa saling menginspirasi dan menguatkan. :)
Hapusterimakasih sudah membagikan sesuatu yang membuat orang lain dapat mencintai dirinya sendiri! my website
BalasHapus