“ Terlahir untuk berkarya, itulah fitrah manusia yang sebenarnya”
Senin, 01 Februari 2021
Quotes Inspirasi keempat
"Saat kita punya niat lain atau tidak ikhlas dalam melakukan suatu aktivitas, pada akhirnya pasti akan kecewa."
Mengapa ? karena, kita tidak selalu bisa melakukan semuanya dengan sempurna. Tidak bisa juga memastikan upaya yang kita lakukan akan dihargai. Selain itu, kita juga tidak bisa menjamin hasil yang nantinya didapatkan sesuai dengan harapan. Ikhlas yaitu menjadikan Ridho-Nya sebagai satu-satunya tujuan. Sehingga, ketika usaha dan karya kita dianggap tidak berharga, rasa kecewa tidak akan membuat kita berhenti melakukan yang terbaik di setiap keadaan. Karena, yang utama buat kita adalah penilaian-Nya bukan manusia atau hasil semata.
Quotes Inspirasi ketiga
"Rumput tetangga memang indah, tapi rumput sendiri jika dipupuk dengan benar, juga akan menghasilkan tanaman yang indah."
Insecure, pada dasarnya tidak disebabkan karena kita tidak memiliki apa-apa. Akan tetapi, kita belum tahu apa yang kita punya dan cara memaksimalkannya. Sebab, kita terlalu fokus memperhatikan kelebihan oranglain sehingga seringkali berujung menghakimi kekurangan diri sendiri. Padahal, setiap orang diciptakan istimewa dengan kelebihannya masing-masing. Hanya saja, ada yang menyadari kelebihan yang ia miliki kemudian dikembangkan dengan maksimal dan sebaliknya. Ada yang terlambat menyadari sehingga merasa tak punya apa-apa dan menganggap dirinya tidak berharga.
Jumat, 29 Januari 2021
PENGARUH MINIM PEMAHAMAN SYARI’AT DAN RASIO JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PENOLAKAN POLIGAMI
Fadhil Achmad Agus Bahari
2016fadhil@gmail.com
Poligami merupakan salah satu syari’at Islam yang mendapat penolakan keras oleh berbagai kalangan masyarakat, bahkan dari kalangan muslim sendiri. Oleh karena itu, menjadikan hal tersebut fenomena yang menarik untuk dikaji lebih lanjut, mengungkap sebab penolakan masyarakat dengan harapan dapat menjelaskan sikap yang proporsional menanggapi poligami di masa sekarang khususnya di Indonesia.
Kajian ini merupakan kajian pustaka dan fenomena, sehingga diperlukan perpaduan dua macam pendekatan, yaitu pendekatan kualitatif melalui analisa sejarah pensyari’tan dan pendekatan kuantitatif melalui analisa poling dan fakta sosial dari lembaga survei dan Badan Pusat Statistik (BPS), kemudian mengkomparasikan kedua kesimpulan tersebut.
Hasil kajian ini akan menunjukkan beberapa sebab fenomena penolakan poligami, yaitu: 1) Syari’at poligami oleh Islam adalah solusi masalah sosial kemasyrakatan, 2) Minimnya pengetahuan masyarakat tentang alur lintas sejarah pensyari’atan poligami, 3) Keseimbangan perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan Indonesia berimplikasi terhafap atmosfer penolakan poligami.
Kata kunci : Poligami, sejarah pensyari’atan, analisa poling.
Minggu, 24 Januari 2021
Quotes Inspirasi Kedua
Quotes Inspirasi Pertama
Senin, 26 Oktober 2020
Millenial : Antara Tantangan dan Kebutuhan Mencintai Diri Sendiri
“Self-love is the primary relationship you’ll have in your life. The more you develop this relationship the more fulfilling your life will be”. (Dr. Aaron Krasnow)
Hidup
sempurna dengan memiliki wajah dan tubuh yang indah, rumah mewah, dan memiliki
segalanya adalah dambaan semua orang. Hidup dengan nyaris sempurna. Namun,
dongeng tetaplah dongeng. Tidak akan ada pangeran berkuda putih yang datang dan
mengubah kehidupanmu menjadi “live happily ever after”.
Di
era millenial seperti sekarang ini, kita dapat dengan mudah saling melihat
kehidupan masing-masing melalui sosial media. Orang-orang memposting aktivitas,
hobi, rumah, dan diri mereka dengan bebas. Lalu, mucullah masalah baru, dimana postingan
di sosial media yang sebenarnya hanya merepresentasikan bagian kecil dari
kehidupan seseorang, mejadi dambaan kehidupan orang lain. Kita berusaha untuk
membuat diri kita setara atau terlihat sama dengan kehidupan orang lain yang
terlihat lebih “sempurna” dari kita, padahal diri kita tidak mampu. Akhirnya,
standar kesempurnaan yang dibuat oleh kita sendiri memperumit kehidupan yang
memang sudah jatuh bangun kita merangkainya.
Maka,
hal ini kemudian menjadi tantangan tersendiri bagi generasi millenial. Di
antara kecamuk batin dan keinginan-keinginan untuk tampil sesuai standar yang
orang-orang buat, menjadi sumber kesenangan orang lain, menjadi kita dibawah
tekanan yang pada akhirnya akan membuat kita stress dan hilang arti ketika tak
dapat mewujudkannya. Kita butuh berhenti dan mulai untuk mencintai diri sendiri
atau self-love.
Mencintai
diri sendiri adalah rasa penerimaan terhadap diri kita apa adanya. Kita
menerima segala hal yang sudah diri kita miliki, entah itu strenght atau
weakness, kita harus sadari bahwa semua itu adalah diri kita. Sama
halnya ketika kita jatuh cinta pada seseorang, kita pasti selalu ingin
menjaganya, memastikan kesehatannya, memastikan ia tidak terluka, dan
memastikan ia selalu bahagia. Seperti itu pula mencintai diri sendiri.
Keinginan untuk memeluk dan menerima diri kita harus menjadi prioritas dalam
kehipuan masing-masing. Sebab bagaimanapun, sesempurna apapun kehidupan yang
kita lihat dari orang lain, akan memiliki cacat yang berusaha mereka sembunyikan
sendiri-sendiri.
Hal
ini selarasa dengan teori yang dikemukakan salah seorang psikiater Swiss, Carl
Gustav Jung, yang terkenal dengan teori psikonalisisnya. Ia membagi diri
manusia menjadi tiga level, persona, shadow,dan the self. Persona atau
topeng adalah wajah yang ingin kita tampilkan pada dunia. Dengan kata lain,
kita ingin menjadi seseorang dengan standar yang ditentukan mayoritas orang.
Bahwa memiliki tubuh langsing, kulit putih, dan wajah mulus itu cantik. Bahwa
selalu tertawa, tak pernah terlihat susah adalah tanda orang yang memiliki
kehidupan yang sempurna. Padahal, jauh di dalam diri mereka, tersimpan memori
buruk, kekhawatiran, ketakutan, dan hal tak menyenangkan lainnya yang ingin
mereka sembunyikan dari selain mereka. Hal ini yang kemudian dinamakan shadow
atau bayanga. Sebagaimana orang yang memakai topeng, bayangan dari diri yang
sesungguhnya tersembunyi di balik topeng yang mereka kenakan. Di antara dua hal
baik dan buruk ini, ada satu sisi dalam diri kita yang menjadi penengah.
Menjadi malaikat bagi diri kita, yaitu the self atau penerimaan diri. Ia
menjadi pengontrol diri. Seseorang yang sudah mencapai level ini, akan lebih
menerima segala hal baik dan buruk dalam dirinya. Memeluk segala luka, dan
lebih mudah pula mengapresiasi diri.
Begitulah
self-love dibangun. Mungkin, untuk memulai mencintai diri sendiri tidaklah
semudah kedengarannya. Kita lebih mudah mencintai hal-hal indah, daripada hal
buruk yang tampak dan nyata. Kita lebih mudah bahagia dengan pujian dan pengakuan
dari orang lain. Kita menggantungkan kebahagiaan kita kepada orang lain,
sehingga ketika mereka pergi, kita hancur dan patah. Perlahan, mulailah membuka
pikiran, melihat lebih luas dan lebih dalam pada diri sendiri. Berhenti
membandingkan kehidupanmu dengan kehidupan orang lain. Tentukan kebahagiaan,
kebebasan, dan perkembanganmu atas hidupmu sendiri. Kamu yang lebih tahu
dirimu. Setiap orang sedang berjuang dengan jalannya masing-masing. Tak mudah
memang, tapi mari berjuang bersama. Apresiasi dirimu yang sudah bertahan
denganmu sejauh ini. Love yourself J
Widatul Fajariyah, a person,
definitely a woman, who plants memories in her garden, whether it is sweet, or
bitter sweet.
Senin, 19 Oktober 2020
BEDAH BUKU STRAWBERRY GENERATION KARYA PROF. RHEYNALD KASALI
CATATAN BEDAH BUKU
STRAWBERRY GENERATION KARYA PROF.
RHEYNALD KASALI
RESEARCH AND DEVELOPMENT (RND)
7 OKTOBER 2020
A. Biografi Penulis[diambil
dari Wikipedia]
Prof. Rhenald Kasali,
Ph.D. (lahir
di Jakarta, 13 Agustus 1960; umur 60 tahun) adalah akademisi dan praktisi bisnis asal Indonesia. Ia juga merupakan
guru besar bidang Ilmu manajemen di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Rhenald Kasali
dikukuhkan sebagai guru besar pada 4 Juli 2009.
Karier dan Kehidupan
Rhenald Kasali adalah dosen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Selain bergerak
sebagai akademisi, pria bergelar Ph. D. dari University of Illinois ini juga produktif menulis. Buku-buku yang ditulisnya
selalu menjadi perhatian kalangan bisnis dan dikoleksi oleh banyak orang dan
hampir semua bukunya menjadi best seller.
Berikut beberapa buku yang telah ditulis Prof. Rhenald Kasali .
·
Sembilan Fenomena
Bisnis - 1997
·
Membidik Pasar
Indonesia: Segmentasi, Targeting dan Positioning, Gramedia
Pustaka Utama (1998)
·
Sembari Minum Kopi
Politiking di Panggung Bisnis, Gramedia Pustaka Utama
·
Sukses Melakukan
Presentasi, Gramedia Pustaka Utama (2001)
·
Change!, Gramedia
Pustaka Utama (2009)
·
Recode Your Change
DNA, Gramedia Pustaka Utama (2007)
·
Mutasi DNA
Powerhouse, Gramedia Pustaka Utama (2008)
·
Wirausaha
Muda Mandiri, Gramedia Pustaka Utama (2010)
·
Myelin: Mobilisasi
intengibles sebagai kekuatan perubahan, Gramedia Pustaka Utama (2010). Buku ini
menjadi rujukan perusahaan-perusahaan besar di Indonesia
·
Cracking Zone,
Gramedia Pustaka Utama (2011)
·
Cracking Value,
Gramedia Pustaka Utama (2012)
·
Camera Branding,
Gramedia Pustaka Utama (2013)
·
Lets Change -
Kepemimpinan, Keberanian, dan Perubahan, Penerbit Buku Kompas (2014)
·
Self Driving, Mizan
Publishing (2014)
·
From One Dollar to
Billion Dollars Company, Penerbit Buku Kompas (2014)
·
Agility: Bukan Singa yang Mengembik, Gramedia Pustaka
Utama (2015)
·
Change Leadership,
Non-finito, Mizan (2015)
·
Reinventing, Mizan
(2016)
·
Curse To Blessing,
Mizan (2016)
·
Baper, Naora Books
(2017)
·
Disruption, Gramedia
Pustaka Utama (2017)
·
Strawberry
Generation, Mizan (2017)
·
Tomorrow Is Today,
Mizan (2017)
·
Self Disruption,
Mizan (2018)
·
The Great Shifting, Gramedia Pustaka
Utama (2018)
·
#MO, Mizan (2019)
Selain mengajar di Universitas Indonesia, ia juga menjadi dosen terbang di Program Magister Manajemen Universitas Sam Ratulangi, Universitas Tanjungpura, Universitas Udayana, dan Universitas Lampung.
Pemikiran
Bagi Rhenald, bisnis adalah perihal membuat
sesuatu menjadi hal yang luar biasa, itulah bisnis. Dalam pengembangkan bisnis,
ia menegaskan bahwa pola pikir kewirausahaan (entrepreneurship) diperlukan, bukannya keberuntungan (luck). Rhenald mengatakan bahwa kewirausahaan
bukanlah ada sendiri, tetap harus diciptakan.
Baginya, keberuntungan sebenarnya adalah ketika
kesempatan bertemu dengan persiapan. Artinya, keberuntungan sendiri tampaknya
mempunyai sifat yang sama dengan kewirausahaan yang pada
dasarnya “diciptakan”. Keberuntungan tidak akan datang dengan sendirinya. Keberuntungan
ada karena ada usaha sebelumnya. Dari sinilah dapat dipahami betapa pentingnya
latihan yang terus menerus dan pantang menyerah oleh mereka yang ingin terjun
dalam dunia bisnis.
Akan tetapi, seorang wirausahawan (entrepreneur) harus melakukan reinvestasi. Baginya, tujuan orang berwirausaha bukan untuk
menjadi kaya, karena kaya
hanyalah akibat. Rhenald menyatakan bahwa seorang wirausahawan yang hanya
menjadikan kekayaan sebagai tujuan utama dalam berwirausaha adalah bentuk
pengkhianatan terhadap kewirausahaan.
Dalam buku terbarunya, Myelin:
Mobilisasi Intengibles sebagai Kekuatan Perubahan (Gramedia Pustaka
Utama, 2010)Rhenald menyatakan bahwa myelin (muscle memory) sebagai faktor penting untuk menjembatani
gagasan yang dihasilkan "brain memory" bisa sampai di tujuan dengan
"mengendarai" myelin yang terlatih. Artinya, tidak ada keraguan atas
kecerdasan sumber daya manusia Indonesia. Sebagai
contoh, sudah banyak anak-anak Indonesia yang memenangi olimpiade fisika atau matematika dunia. Namun, Rhenald menegaskan bahwa
pengetahuan saja tidaklah cukup untuk meraih kesuksesan. Kunci kesuksesan
adalah terus berlatih. Semakin sering berlatih maka jaminan untuk sukses
semakin nyata.
B. Epistemologi Buku
Strawberry Generation
1.
Judul – Why Must Be ?
Penulis
memilih judul Strawberry Generation karenan melihat generasi sekarang seperti
buah strawberry, strawberry itu indah, tapi dia mudah terkoyak lalu hancur. Begitu
halnya dengan generasi sekarang yang lebih mengikuti style kekinian yg
indah tapi tidak bermental baja, mereka tidak mampu menghadapi masalah, mudah
menyerah, dan hancur di pecundangi dunia
2.
Latar Belakang – How Could Be ?
Buku ini
menjelaskan tentang potret atau gambaran tentang generasi sekarang yang serba
enak, serba praktis. Lewat buku ini, penulis berkeinginan untuk bisa
memperbaiki nasib generasi muda Indonesia agar tidak menjadi generasi yang
cantik tapi lembek.
3.
Ide – What Does The Writer Think ?
Ide
penulis dalam buku ini yaitu menggambarkan generasi yang lebih maju dari
sebelumnya yang mana ia memiliki segala hal yang menunjang kehidupannya tetapi
menjadikan jiwa materialistis selain itu penulis menyampaikan ide bagaimana
cara menghadapi tantangan kehidupan bagi generasi yang memiliki mindset rendah.
4.
Metode Penulisan – How does the writer
build ?
Buku
Strawberry Generation ini ditulis dengan metode kualitatif deskriptif dengan
analisis hermeneutis. Metode kualitatif merupakan metode analisis yang berbasis
data yang diambil dari fenomena kehidupan manusia yang alamiah dan menggunakan
teknik penulisan naratif. Data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan metode
hermeneutis mendalam untuk menginterpretasikan objek kajian. Hermeneutis biasa
dipakai dalam menganalisis teks-teks al-Qur'an, filosofi, dan kesusastraan.
5.
Sumber - Where is the content from ?
Penulis
mendapatkan ide-ide yang dituangkan dalam buku ini bersumber pada dua hal
dasar. Yakni fakta-fakta yang didapat penulis di lingkungan sekitarnya. Dan
juga fakta kebiasaan dari negara lain untuk dibandingkan dengan yang ia temui
di lingkungannya.
6.
Tujuan – What Does The Writer Want ?
Dalam
buku ini, penulis berharap dg buku ini bisa memperbaiki nasib generasi muda di
Indonesia untuk menjadi pribadi yang tidak hanya tampak Indah tapi juga kuat
dan tangguh, karena apa yg telah membudaya bisa dirubah jika kita memiliki
keyakinan yg kuat untuk bisa merubahnya.
7.
Rekomendasi – Whom Are The Recommended
Reader ?
Buku ini sangat
direkomendasikan untuk semua kalangan, mulai dari akademisi hingga ibu rumah
tangga. Khusunya bagi mereka yang ingin menjadi sosok yang lebih tangguh dan
berkarakter kuat.