Tren Digital Living sebagai Peluang Terwujudnya Economic Growth SDGs 2030
Oleh: Ilma Rosyidah
"Pembahasan mengenai aspek ekonomi dalam kehidupan generasi millenial tak dapat lepas dari pembahasan mengenai daya beli generasi ini. seiring dengan meledaknya konsumsi internet, generasi millenial cenderung suka mamanfaatkan teknologi dalam memudahkan aktivitas belanja."
Laju perkembangan zaman pasti akan berdampak pula pada
perubahan pola kehidupan manusia. Isu populer mengenai pergeseran
pola hidup manusia terjadi pada generasi millenial atau generasi Y.
Generasi millenial adalah genarasi yang lahir antara tahun 1981-2000.
Berdasarkan data statistik setahun terakhir, saat ini jumlah generasi
millenial di Indonesia tercatat sebanyak 84,75 juta dari total 258 juta
penduduk Indonesia. Artinya, sekitar 32% penduduk Indonesia berada
pada usia produktif yakni usia 15-39 tahun. Jumlah penduduk usia
produktif yang besar tentu menjadi harapan baru bagi terbukanya peluang
Indonesia dalam membangun negera.
Berbeda dengan generasi sebelumnya, ciri khas paling mencolok
dari generasi millenial adalah keterikatannya dengan perkembangan
teknologi. Penggunaan teknologi dan budaya pop telah menjadi gaya
hidup yang mendasar bagi generasi ini. Meluasnya internet dan lahirnya
beragam media sosial memengaruhi pola pikir, nilai-nilai dan perilaku yang
dianut oleh generasi millenial. Internet, gadget, dan media sosial tak lagi
bisa dipisahkan dari kehidupan generasi ini. Hanya dengan bermodalkan
smartphone dan paket data internet, mereka dapat dengan mudah
berinteraksi dan menggali informasi melalui berbagai platform online.
Adanya pola kehidupan semacam ini tentu bukan sekedar
kebiasaan baru yang tidak berdampak. Gaya hidup generasi millenial yang
serba digital dapat menjadi faktor yang mendukung bonus demografi
dalam membangun negara. Harapan besar yang dibebankan pada
generasi millenial bukan tak beralasan. Data pengguna internet di
Indonesia pada tahun 2015 telah mencapai angka 93,4 juta. Tentu saja
angka ini kan terus bertambah di setiap tahunnya. Kemungkinan besar
yang akan terjadi pada masa yang akan datang adalah peralihan berbagai
aktivitas ke platform online. Tak terkecuali aktivitas ekonomi dunia.
World Economic Forum pada tahun 2015 lalu memprediksi
Indonesia di tahun 2020 akan menempati peringkat ke-8 ekonomi dunia
dengan angka pengguna internet mencapai 140 juta. Indonesia
disebut-sebut sebagai negara yang akan memiliki pasar digital terbesar di
Asia Tenggara. Prediksi ini diperkuat dengan adanya generasi millenial
yang berteknologi tinggi dan serba digital akan mendominasi Indonesia
pada rentang tahun 2020-2030.
Bonus demografi dan perkembangan generasi berteknologi di
Indonesia dapat menjadi harapan baru negara ini dalam menyukseskan
agenda pembangunan dunia yang dikenal dengan istilah SDGs.
Sustainable Development Goals adalah program bersama yang bertujuan
untuk menyejahterakan penduduk dunia. SDGs diterbitkan PBB sejak
tahun 2015 sebagai ganti dari program MDGs sebagai tujuan bersama
sampai tahun 2030.
Salah satu program dari SDGs adalah decent work and economic
growth. Generasi millenial diharapkan dapat memegang kendali
pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Sikap senang terkoneksi dengan
media sosial, menyukai inovasi dan kreativitas, serta suka
mengembangkan diri dalam karir adalah beberapa karakter generasi
millenial yang harus terus dikembangkan ke arah yang positif. Karakter
serba digital generasi millenial akan membuka peluang terbukanya lahan
pekerjaan baru.
Alvara Research Center mengatakan bahwa generasi millenial
termasuk generasi kreatif. Pola pikir out of the box menjadi kunci dari
lahirnya industri start up dan industri kreatif. Penggunaan internet yang
lebih besar dari gen-Xer menjadi jalan yang dipilih gen-Y untuk
membangun berbagai bisnis. Industri start up telah dimulai di Indonesia
sejak tahun 2013. Pada perkembangannya lahirlah penyedia jasa online,
online shop, bahkan e-commerce sangat menjamur belakangan ini.
Pembahasan mengenai aspek ekonomi dalam kehidupan generasi
millenial tak dapat lepas dari pembahasan mengenai daya beli generasi
ini. seiring dengan meledaknya konsumsi internet, generasi millenial
cenderung suka mamanfaatkan teknologi dalam memudahkan aktivitas
belanja. Fakta ini tercermin pada data statistik BPS melansir bahwa dari
tahun 2006-2016 jumlah e-commerce di Indonesia naik hingga 17%. Hal ini
tak lepas dari bergesernya penduduk Indonesia dari masyarakat pedesaan
(rural) menuju masyarakat perkotaan (urban).
Dalam rangka memenuhi daya beli dan konsumsi internet dari
generasi millenial yang meroket, industri start up dan industri kreatif saat
ini banyak digeluti oleh generasi muda. Salah satu contoh buah kreatifitas
anak muda adalah Go-Jek. Semenjak kehadirannya di tahun 2014,
perusahan yang dimotori anak muda ini telah merekrut 200 ribu driver.
Pesanan jasa yang diterima Go-Jek pada riset tahun 2016 telah mencapai
angka sebesar 667 ribu pesanan setiap harinya. Artinya, melalui tangan
generasi muda pertumbuhan dan laju ekonomi Indonesia dapat berjalan
baik.
Selain Go-Jek, muncul juga nama-nama generasi millenial yang
sukses dalam mengembangkan bisnisnya melalui basis online atau digital.
Sebut saja salah satunya yakni Diajeng Lestari sebagai founder dan owner
dari Hijup.com. Perempuan generasi millenial ini telah sukses dalam
mengembangkan sebuah konsep mall online busana muslim. Langkah
jenius yang dipilih Hijup adalah pemanfaatan media Youtube sebagai
sarana untuk membangun audien yang masif dan loyal. Ratusan video
tutorial hijab sebagai taktik video marketing telah membuat perusahaan ini
memiliki koneksi kuat dengan pelanggannya.
Selain kretif, karakter potensial generasi millenial adalah connected.
Generasi ini pintar dalam menjaring komunitas. Media sosial mereka
jadikan tempat untuk membangun komunikasi dengan sesamanya. 70%
generasi millenial suka datang ke suatu acara dan memciptakan koneksi
serta membuka link dengan banyak orang.
Karakter potensial selanjutnya adalah confidence. Generasi ini
berani dalam mengemukakan pendapatnya dan tidak segan-segan
berdebat. Hal ini terbukti dalam pola kehidupan generasi saat ini yang
senang terlibat perkelahian di media sosial. Dampak positifnya, generasi
ini percaya diri terhadap kemampuan dan idenya. Sikap ini baik dalam
membangun wirausaha yang baik.
Jika generasi sebelumnya menyukai pekerjaan pada suatu
perusahan dan mengandalkan finansial dari perusahan sebagai
penghasilan tetap, berdeda karakteristik dengan generasi millenial.
Genarasi millenial sangat cepat menyerap informasi serta menuntut cepat
pula dalam menghasilkan ide dan inovasi baru. Peluang bisnis yang besar
dengan bantuan platform online adalah tantangan yang disenangi
generasi ini. Terbukti dengan menjamurnya online shop di berbagai media
sosial. Melalui Instagram, Youtube, ataupun Facebook, generasi millenial
berlomba-lomba dalam memasarkan produk usaha mereka. Sebab online
marketing nyatanya memang mampu menjangkau pelanggan secara
masif dan mudah.
Selain itu, dengan berbekal akun media sosial, generasi millenial
kini mampu membuka lahan pekerjaan sendiri sebagai promoter atau
endorser. Semakin banyak jumlah follower yang dimiliki maka semakin
kuat pengaruh seseorang sebagai influencer. Hal itu akan menarik para
pembisnis untuk meminta user media sosial mempromosikan suatu
produk atau brand. Tentu saja pekerjaan ini memiliki royalti yang sangat
menjanjikan bagi anak muda. Apalagi istilah word of mouth kini menjadi
salah satu karakteristik generasi millenial. Generasi Y cenderung lebih
mempercayai informasi dan review dari media sosial dalam memutuskan
pembelian suatu produk.
Lagi-lagi berbeda dengan generasi sebelumnya, menurut riset dari
Sociolab, generasi millenial bukanlah pekerja yang loyal pada sebuah
perusahaan atau merek. Menurut Visa Worldwide, generasi millenial juga
memiliki karakter ambisius terkait capaian cita-cita. Generasi ini tidak
menyukai sesuatu yang stagnan dan tidak segan-segan untuk
meninggalkan perusahan jika merasa tidak mengalami perkembangan
karir yang baik di perusahaannya.
Di era teknologi, banyak lahir profesi baru yang diminati anak muda.
Youtuber, vlogger, blogger di berbagai bidang sangat menjamur akhir-akhir
ini. penulis lepas, visual designer, dan social media administrator juga tak
klah diminati. Pekerjaan lepas semacam ini dianggap lebih menyenangkan
dan menarik untuk dijadikan sebagai sumber penghasilan anak muda.
Tanpa jam kerja yang mengikat, seorang freelancer tetap mendapat
penghasilan dan dapat mengembangkan kreativitas.
Peminat freelance yang terus bertambah mengundang lahirnya
situs-situs pencarian job freelance. Melalui situs ini seseorang dapat
mencari pekerjaan dan juga memberi pekerjaan. Sebut saja situs
Sribulancer dan projects.co. generasi millenial yang melek teknologi
seharusnya sudah tidak lagi khawatir dalam mencari pekerjaan. Generasi
ini akan mudah menyerap informasi job melalui platform online yang
jangkaunnya tidak hanya di dalam negeri namun juga sampai luar ngeri.
Peluang besar Indonesia dalam mewujudkan program SDGs 2030
tentu perlu dipersiapkan dengan baik. Kesempatan emas yang ada di
depan mata tidak boleh terlewatkan begitu saja. Pendidikan dan kebijakan
pemerintah sangat memengaruhi keberhasilan suatu negara dalam
memanfaatkan kesempatan. Karateristik generasi millenial yang tak dapat
lepas dari teknologi harus diarahkan secara tepat. Indonesia harus
memiliki generasi millenial yang berkualitas sebab mereka adalah subjek
pembangun ekonomi pada masa yang akan datang.
Generasi millenial dalam usisa produktif harus dibekali pendidikan
yang bermutu. Dalam merealisasikan impian tersebut sudah saatnya
pemerintah membentuk kurikulum yang supportif. Sebab perkembangan
teknologi tentu tidak selamanya memberi dampak positif, maka dari itu
upaya preventif dalam menanggulangi dampak negatif teknologi penting
dilakukan. Bahasa internasional, pendidikan enterpreneurship, dan
multimedia harus diajarkan kepada generasi millenial.
Arah masa depan Indonesia akan cerah jika pemerintah dan
masyarakat Indonesia bersama-sama menjadi tonggak perubahan. Wajah
Indonesia pada rentang tahun 2020-2030 diharapkan telah mampu
menangani masalah pengangguran, mengurangi beban hutang negara,
meningkatkan pendapatan masyarakat dan mewujudkan produk lokal go
internasional melalui kemudahan digital. Segala tujuan tersebut dapat
tercapai melalui pengoptimalan bonus demografi, manusia urban, dan
karakteristik generasi millenial.
0 komentar: