Minggu, 27 Mei 2018

Bolehkah Menjama’ Niat Puasa Ramadhan Di Awal Hari Puasa ?

Bolehkah Menjama’ Niat Puasa Ramadhan Di Awal Hari Puasa ? 

Oleh: Sochi Safi'ul Anam (Musyrif Ibnu Kholdun)


Segala sesuatu adalah tergantung pada niatnya, bahkan juga untuk pembalasannya kelak. Karena niat mengangkat praktik keseharian menjadi praktik yang bernilai ibadah Sebagaiman hadits nabi yang berbunyi.
إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِيءٍ مَا نَوَى
Sesungguhnya amal perbuatan membutuhkan niat. Dan setiap orang akan dibalas sesuai dengan niatnya.
Hadits tersebut adalah salah satu dalil dari qowaidul fiqiyah yang pertama yakni :
الامور بمقاصدها
Segala perkara tergantung pada niatnya.” Maka salah satu contohnya adalah puasa di bulan ramadhan, yang mana niat dalam puasa ramadhan adalah termasuk dalam rukun puasa. Namun, kalau niat ibadah lainnya berbarengan dengan awal praktik ibadahnya itu sendiri. Sedangkan, niat puasa Ramadhan dan puasa wajib lainnya harus dilakukan di malam hari.
Karena puasa Ramadhan ini tidak hanya sehari, tetapi sebulan penuh. Ada orang mengatakan bahwa niat puasa Ramadhan bisa dilakukan sekaligus di awal Ramadhan. Dengan niat sebulan penuh itu, ia mungkin berharap tidak perlu berniat setiap malam sebelum puasa di keesokan siangnya. Perihal ini Syekh Taqiyyuddin Abu Bakar bin Muhammad Al-Hishni dalam Kifayatul Akhyar menerangkan sebagai berikut.
ولا يصح الصوم إلا بالنية للخبر. ومحلها القلب, ولايشترط النطق بها بلا خلاف, وتجب النية لكل ليلة لان كل يوم عبادة مستقلة , ألا ترى أنه لا يفسد بقية الأيام بفساد يوم منه. فلو نوى الشهر كله, صح له اليوم الأول على المذهب.

Artinya :Puasa tidak sah tanpa niat. Keharusan niat didasarkan pada hadits. Tempat niat itu di hati. Karenanya, niat tidak disyaratkan secara lisan. Ketentuan ini disepakati bulat ulama tanpa perbedaan pendapat. Niat puasa wajib dipasang setiap malam. Karena, puasa dari hari ke hari sepanjang Ramadhan merupakan ibadah terpisah. Coba perhatikan, bukankan puasa Ramadhan sebulan tidak menjadi rusak hanya karena batal sehari? Kalau ada seseorang memasang niat puasa sebulan penuh di awal Ramadhan, maka puasanya hanya sah di hari pertama. Demikian pendapat ini madzhab (Madzhab Syafi’i),” (Lihat Taqiyuddin Abu Bakar Al-Hishni, Kifayatul Akhyar)”
Adapun niat puasa sekaligus sebulan penuh adalah pandangan dari Madzhab Hanafi. Menurut Madzhab Hanafi, puasa seseorang dengan niat sebulan penuh di awal Ramadhan dinilai sah meskipun ia tidak menetapkan niat puasa setiap malam. Sehingga dalam pengerjaan puasanya juga harus menggunakan madzhab hanafi. Adapun perbedaannya antara madzhab hanafi dan syafi’i dalam pelaksanaan puasa, diantaranya;
1.      Wanita yang sedang hamil dan menyusui boleh tidak berpuasa dan menggantinya di hari lain jika khawatir terhadap kesehatan dirinya dan anaknya dan tetap sah jika berpuasa. Namun jika kekhawatiran hanya terhadap kesehatan anaknya saja maka wajib mengganti dan membayar kafarah yaitu satu mud setiap harinya. Demikian menurut Imam Syafi’i. Sedangkan Imam Hanafi berpendapat tidak wajib kafarah.
2.      Jika seseorang sengaja muntah, pendapat Imam Maliki dan Syafi’i puasanya batal. Pendapat Imam Hanafi puasanya tidak batal kecuali memenuhi rongga mulutnya. 
3.      Jika diantara gigi ada sisa makanan maka puasanya tidak batal jika tidak mampu mengeluarkannya, namun jika menelannya hukum puasa menjadi batal. Demikian menurut tiga imam mazhab, berbeda pendapat dengan Imam Hanafi bahwa puasanya tidak batal.
Meskipun demikian, mereka juga tetap menganjurkan orang yang telah melakukan niat puasa wajib sebulan penuh di awal Ramadhan untuk mengulang niat puasa di setiap malam Ramadhan. Oleh karena itu, alangkah lebik baiknya untuk selalu mengikuti jama’ah shalat tarawih di setiap malamnya, untuk menghindari lupa niat. Selain, mendapat pahal berjama’ah juga mendapat pahala bersilaturahim dengan tetangga, behitupun untuk pembacaan niat pyasa ramadhan yang pasti akan dipimpin oleh imam setelah pelaksanaan shalat tarawih dan witir.
Previous Post
Next Post

0 komentar: