Senin, 16 Juli 2018

Perbedaan Bukan Penghancur

Oleh : Moh. Abduttawwab Lahny


Indonesia merupakan Negara padat penduduk yang memiliki banyak perbedaan diantara mereka. Tidak hanya warna kulit, rambut dan logat berbicara saja akan tetapi adat, bahasa, ras, dan suku juga merupakan perbedaan yang harus disyukuri dan diambil hikmahnya. Karena pada dasarnya perbedaan merupakan rahmat yang telah diberikan ALLAH SWT agar manusia selalu berfikir.

Anehnya pada zaman millenium ini perbedaan-perbedaan yang ada disalah-artikan sebagai kunci    untuk saling menyalahkan, memfitnah, merusak satu sama lain. Kesalahpahaman, perbedaan prinsip dan cara penafsiran walaupun memiliki arti dan tujuan yang sama, itu dijadikan sebagai tolak ukur untuk saling mencederai dan memaki. Pada hakikatnya kesalahannya hanya satu yaitu kurang memahami baik arti dari perbedaan-perbedaan yang terus berada dalam zona lingkungan hidup manusia.

Agama dijadikan sebagai landasan berpijak hidup para pengikutnya. Perbedaan-perbedaan yang ada di setiap agama tidak dapat hanya dipandang sebelah mata dan tidak selayaknya menyalahkan agama lain untuk menentukan mana yang paling benar. Karena setiap agama memiliki panutan, cara beribadah, kitab suci dan Tuhan mereka masing-masing yang dianggap oleh setiap pengikutnya itu benar. Sebagai manusia dunia yang tersebar luas di dalamnya berjuta perbedaan harus bersikap moderat, profesional dan seimbang dalam segala hal karena itu semua merupakan lintasan menuju kehidupan sukses penuh kebahagiaan.

Tapi anehnya jarang yang memahami itu semua. Agama pun dijadikan sebagai kedok untuk menentukan mana yang benar dan yang salah. Padahal yang membuat kesalahan bukan agamanya tapi manusia yang berkecimpung di sana. Kebiasaan menyalahkan hal yang global atas sesuatu yang spesifik itu kurang tepat karena hal yang global tidak semuanya salah, melainkan hanya sebagian kecil saja yang melakukan sebuah kesalahan. Hal ini sudah menjadi kesalahkaprahan, suatu kesalahan kecil yang dilakukan oleh bagian kecil dihukumi sebagai kesalahan besar yang dilakukan oleh bagian jauh sangat lebih besar. Seperti halnya agama islam dianggap oleh Negara bahkan agama lain sebagai agama teroris, yaitu agama yang mengajarkan kekerasan dan menyerukan ancaman untuk kepentingan individu atau kelompoknya.

Anggapan terorisme sangat tidak tepat jika dikatakan sebagai identitas agama islam. perilaku terorisme hanya disebabkan oleh pengikut agama islam yang memiliki kesalahpahaman dalam menafsirkan dan memaknai ajaran islam sebenarnya, yang mana pada hakikatnya tidak ada sedikitpun di dalamnya penyelewengan yang melanggar hak-hak orang lain. Bisa jadi, ada pihak lain yang sengaja ingin menghancurkan islam dengan cara menjadi teroris dengan berkedokan agama islam.  Sayang sungguh disayang para pengecam langsung menghukumi bahwa agama Islamlah yang salah dan ditanamkan sebagai agama teroris.

Sangat lah jelas dalam ayat suci al-Quran dalam surat al-Maidah ayat 2 yang  menyatakan bahwa agama islam merupakan agama kesatuan, kedamaian tanpa ada sedikitpun kekerasan dan pertikaian. Bahkan islam mengajarkan tolong menolong satu sama lain tanpa ada tembok pemisah.

 “…….Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (Q.S. Al Maidah [5]: 40).

"Islam tidak hanya melarang dengan keras umat Islam menjadi teroris. Islam juga memastikan bahwa umatnya diciptakan untuk mencapai akhlak yang tinggi, memiliki adab yang baik, dengan menanamkan nilai-nilai kemanusiaan yang mulia. Karena hal tersebut bisa mengubah mereka menjadi orang-orang yang mencintai umat manusia dengan tulus tanpa membeda-bedakan perbedaan agama, ras maupun status sosial." Abdul Ghany Jahengeer Khan.

Islam mendorong kuat dan menjunjung dahsyat rasa saling mencintai antar umat manusia dan hal terpenting adalah mengaplikasikannya dalam bentuk kasih dan simpati kepada setiap makhluk Allah. Sesungguhnya cinta sejati, simpati dan empati terhadap sesama ialah penangkal sikap-sikap terorisme.

Dalam islam kasih sayang dan saling mencintai karena Allah telah diajarkan dalam sebuah hadits qudsi yang dimuat dalam kitab Riyadhus Sholihin karya Al Imam An Nawawi. Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. pula, katanya: Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya Allah Ta'ala berfirman pada hari kiamat: "Manakah orang-orang yang saling cinta-mencintai kerana keagunganKu? Pada hari ini mereka itu akan saya beri naungan pada hari tiada naungan melainkan naunganKu sendiri." (Riwayat Muslim).

Para teroris mengatas-namakan sikap anarkis dan kekerasan sebagai sebuah jihad. Padahal jihad dalam bentuk perang yang diajarkan oleh Islam ialah berperang melindungi perdamaian dan menjunjung tinggi hak-hak makhluk Allah, bukan melakukan kekerasan dan ancaman semaunya hanya karena tidak sepahaman dan satu misi dengan mereka. Bentuk-bentuk terorisme semacam bom bunuh diri, penembakan mati atas muslim lain yang tidak sepahaman dengan mereka dan lain sebagainya itu mutlak  tidak ada dalam jejak langkah umat muslim sejati.

“Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya …….” (Q.S. Al Nisa [4]: 93).
Dari ayat-ayat diatas sangatlah jelas bahwa islam sama sekali tidak memerintahkan kekerasan atau bahkan pembunuhan atas diri sendiri dan sesama umat manusia sebagai makhluk Allah yang berada di dunia dengan berjuta-juta perbedaan.

Mudah-mudahan seluruh umat islam dunia terutama di Indonesia dijadikan oleh Allah SWT sebagai umat islam yang selalu berusaha melangkahkan kakinya untuk menggapai hal yang Allah ridhoi dan melompat dari lubang kemaksiatan yang membuat Allah murka kepadanya. Ya Allah jadikanlah kami sesama muslim selalu dalam persatuan tanpa perceraian, keteguhan tanpa keruntuhan, dan kebenaran yang membawa kepada kebaikan tanpa kekeliruan yang menjerumuskan kepada kesesatan dalam memahami ajaran-Mu dan Rasul-Mu. Aamiin Ya Rabbal A’alamiin.



Previous Post
Next Post

0 komentar: