Lari Gugup, Jalan Takut
oleh : Isna Nur Fitriyah (Mahasantri ABA 2016)
Banyak kebiasaan di negeri ini yang sebenarnya kurang
baik, namun sepertinya sudah menjadi budaya yang sulit diluruskan kembali agar
menjadi suatu hal yang benar, entah itu salah rakyatnya, negrinya atau
pemerintahnya, mungkinkah disebabkan oleh salah satu dari mereka? Atau karena mereka
semua?
HI-Realitas jalanan. Banyak penghidupan
yang terselenggara disana, dari pedagang kaki lima, pedagang asongan, dan
pejalan kaki yang berjalan menuju tempat tujuan, tak sedikit ditemukan mobil
mobil mewah, yang berjalan dengan lajuan yang cukup kencang, ada juga mobil
berplat warna kuning yang biasa disebut angkutan, serta ada pula bis, kendaraan
ini biasanya mengeluarkan asap yang cukup mengesalkan bagi pengguna jalan lain, asap yang sangat
mengepul, membentuk gelembung hitam diawan.
Lampu
kuning yang sengaja dipasang dipinggir jalan oleh petugas lalu lintas,
merupakan salah satu dari tiga rambu, antara hijau dan merah, yang menandakan
tanda pengguna jalan harus berhati hati. Terkadang lampu kuning akan cepat
berganti kelampu lainya, semisal merah, pada saat itulah mereka yang dihadapkan
pada tanda lampu merah harus mendiamkan kendaraanya, jikalau masih tetap terus
dilajukan, bersiap saja, tak lama kemudian akan mendapat kartu tilang dari
kepolisian.
Tak
sedikit pelanggaran yang terjadi dijalan, hingga menyebabkan tewasnya korban ,
dari pengendara sepeda motor yang tak memakai helm, bermuatan yang melebihi
batas kapasitas yang sesuai dengan aturan, hingga ugal ugalan. Tak hanya hal
tersebut, banyak pula kasus yang disebabkan oleh pengguna mobil. Banyak dari
mereka yang tidak melengkapi surat surat, seperti STNK, SIM dan lain
sebagainya. Bukan hanya motor, dan mobil, ada pula bis, trek, becak, dan alat
transportasi darat lain yang tak luput dari pelanggaran.
Apakah hanya kendaraan yang menjadi
penguasa jalan raya? Dimana letak hak pejalan kaki? Pejalan kaki sering
dirampas haknya dijalan, trotoar yang fungsi aslinya sebagai tempat berjalan, sekarang beralih fungsi sebagai tempat kaki
lima, bukan lagi kaki manusia, namun kaki gerobak, tak jarang pula dipenuhi
sesak oleh parkir motor yang sembarangan. Dan akhirnya sipejalan kaki harus
rela berjalanan dipinggir jalan, yang tak kadang diiringi rasa takut, karena berdampingan
sangat dekat dengan kendaraan yang sedang melaju.
Kebiasaan
yang biasa terjadi dijalan ialah Pengendara motor akan cenderung lebih tidak mau mengalah, mereka akan
seenaknya tanpa ada rasa saling berbagi dengan pejalan kaki, bila difikir fikir
pengendara motorlah yang harus mengalah dan bersabar, ketika dijalan harus mengantri
dengan pejalan kaki, seperti digang gang kecil, atau diperkampungan.
Kenyataan
dijalan raya yang lainya adalah, ketika para pejalan kaki yang akan menyebrang, kendaraan
akan saling melintas tanpa menghiraukan pejalan kaki, tak jarang para
penyebrang akan kebingungan, mereka harus memilih lari atau berjalan biasa,
apabila memilih jalan biasa tak sedikit pasti ada rasa takut dihati mereka,
dikarenakan takut tertabrak kendaraan yang melaju cepat, namun jika memilih
untuk lari, lalu kenapa harus lari? Kan yang memiliki hak untuk pelan pelan
seharusnya adalah kendaraan, bukan pejalan kaki.
picture from google.com
0 komentar: