God Spot: yang Diingatkan oleh-Nya
oleh : Jemmima Azmi A(Musyrifah FAZA)
"Dan sebutlah (nama) Tuhanmu
dalam hatimu dengan rendah hati dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan
suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang
lengah.”
(QS. Al A’raaf:205)
HI-Kita sebagai mansusia diciptkan
oleh-Nya sebagai khalifah di muka bumi (2:30). Akan tetapi menjadi khalifah
bukanlah sebagai sosok yang tertinggi dan berkuasa di bumi ini. Seperti halnya
yang salah dipahami oleh mereka yang berpikiran sempit menafsirkan “khalifah” pada ayat tersebut. Lantas, jika
manusia telah sadar bahwa dirinya sebagai khalifah, apa yang harus dilakukan?
Pantaskah jika ia berbangga diri dan melupakan bahwa ada Dzat yang Maha Kuasa
telah menjadikannya menjadi khalifah? Bukankah setiap manusia adalah Khalifah,
lantas apa yang harus dibanggakan jika setiap orang berada dalam tingkatan yang
setara?
Dari pertanyaan diatas, kita dapat
menjawab serta menarik kesimpulan bahwa sebagai manusia hendaklah selalu
bersikap rendah hati, sadar akan posisi dirinya yang lemah di hadapan-Nya.
Dengan selalu mengingatNya disetiap helaan nafas adalah hal yang paling kecil
akan kepatuhan seorang hamba terhadap Sang Penciptanya. Karena segala hal
bahkan dari yang paling kecil adalah kuasa dan kehendak-Nya. Berangkat dari hal
yang paling kecil tersebut lah, para peneliti menemukan sebuah syaraf pada otak
yang berperan penting dalam kecerdasan spiritual manusia. Sering kali kita
bertanya tentang eksistensialisme Tuhan dengan penalaran yang sempit, atau
tingkat religious kita tiba-tiba meningkat, bahkan kita merasa jauh dariNya,
hati dan pikiran hampa dengan alasan yang rendah rasionalitasnya. Hal tersebut
sinkron dengan hasil penelitian tentang syaraf yang berperan dalam kecerdasan
spiritual. Setiap manusia memiliki syaraf tersebut yang disebut dengan “God spot” atau “Titik Tuhan”. “God Spot” adalah salah satu titik di dalam otak manusia yang
berhubungan dengan eksistensialisme Ketuhanan. Dengan kata lain, terdapat
syaraf kecil di dalam otak manusia yang dapat merespon terhadap aspek agama dan
Ketuhanan. “God spot” merupakan syaraf yang terdapat di Lobus Temporal. Seperti
halnya system syaraf yang lain, ia memberikan kemampuan khusus terutama dalam
konteks spiritual.
Pernahkah kita bertanya dimanakah
Tuhan berada? Dapatkah aku menjumpai Sosok yang menciptakan aku? God spot lah
yang mempengaruhi otak manusia berpikir seperti itu. karena tak bisa dipungkiri
bahwa setiap amnesia pernah bertanya tentang eksistensalisme Tuhan pada alam
ini. Dean Hammer menyatakan bahwa gen manusia sudah
membawa pesan tentang adanya Tuhan. Pada aspek kesehatan, Tuhan harus difahami
dalam konteks empiric, yaitu seseorang dapat merasakan bahwa di setiap
langkahnya, di setiap sel darah yang mengalir di dalam pembuluh darahnya, dan
di setiap unsur kimia yang bekerja secara dinamis dalam dirinya, Tuhan
senantiasa hadir dan ada. Hal tersebut akan semakin kuat jika kemampuan God
spot pun semakin meningkat.
Lantas bagaimana untuk meningkatkan
kecakapan dari system God spot? Yaitu dengan memberikan stimulus terhadap
pikiran untuk selalu berdzikir (mengingat) Allah. Hal tersebut juga menjadikan
kinerja God Spot kian kompleks. Menurut penilitian, meskipun syaraf ini tidak
selalu teraliri darah, namun tidak pernah mati. Syaraf ini dianalogikan seperti
sebuah chip yang diselipkan Allah pada otak manusia untuk mendeteksi hal-hal
yang berhubungan dengan spiritual dan ilmu yang datangnya langsung dari sang
pencipta.
Pada intinya, sebagai seorang hamba,
mutlak bagi kita untuk selalu berdzikir kepada Allah, yang telah mempercayai
kaum kita sebagai khalifah di alam ini. Menjaga keseimbangan dan kebaikan alam
yang telah diatur oleh-Nya. Dengan
selalu mengingat, God Spot pada otak ini akan semakin menuju kesempurnaan
sistemnya, berepengaruh positif terhadap kehidupan seperti memberi ketenangan
dan memudahkan mencari sebuah penyelesaian. Dengan mengingat Allah pula, kita
mampu untuk selalu berintropeksi diri apakah telah menjalankan amanah dari-Nya
yang menjadi alasan kita menjadi penghuni alam semesta ini.
Penemuan God Spot oleh para peneliti
tersebut membuktikan bahwa Allah memberikan koneksi terhadap hamba-Nya untuk
selalu mengingat dan dekat dengan-Nya. Setiap aliran darah dan detak jantung
manusia telah Allah atur sedemikian rupa, jika God Spot mengalami peningkatan
kualitas, maka seluruh aktivitas tubuh manusia berjalan dengan berdzikir
kepada-Nya. Bukankah Allah telah memberikan banyak kemudahan bagi hamba-Nya
untuk ber-taqarrub kepada-Nya? Oleh
karena itu, meskipun setiap manusia memiliki god spot pada otaknya, hal
tersebut tidak menjanjikan ia akan dekat dengan Tuhan-Nya.
"Bahkan orang atheis pun dianugerahi Allah dengan God
Spot, tetapi ia tidak menggunakannya dengan baik. Karena mendekatkan diri
kepada Allah ialah sebuah proses dan usaha bukan sebuah keajaiban. "
picture from google.com
HI-Kita sebagai mansusia diciptkan
oleh-Nya sebagai khalifah di muka bumi (2:30). Akan tetapi menjadi khalifah
bukanlah sebagai sosok yang tertinggi dan berkuasa di bumi ini. Seperti halnya
yang salah dipahami oleh mereka yang berpikiran sempit menafsirkan “khalifah” pada ayat tersebut. Lantas, jika
manusia telah sadar bahwa dirinya sebagai khalifah, apa yang harus dilakukan?
Pantaskah jika ia berbangga diri dan melupakan bahwa ada Dzat yang Maha Kuasa
telah menjadikannya menjadi khalifah? Bukankah setiap manusia adalah Khalifah,
lantas apa yang harus dibanggakan jika setiap orang berada dalam tingkatan yang
setara?
Dari pertanyaan diatas, kita dapat menjawab serta menarik kesimpulan bahwa sebagai manusia hendaklah selalu bersikap rendah hati, sadar akan posisi dirinya yang lemah di hadapan-Nya. Dengan selalu mengingatNya disetiap helaan nafas adalah hal yang paling kecil akan kepatuhan seorang hamba terhadap Sang Penciptanya. Karena segala hal bahkan dari yang paling kecil adalah kuasa dan kehendak-Nya. Berangkat dari hal yang paling kecil tersebut lah, para peneliti menemukan sebuah syaraf pada otak yang berperan penting dalam kecerdasan spiritual manusia. Sering kali kita bertanya tentang eksistensialisme Tuhan dengan penalaran yang sempit, atau tingkat religious kita tiba-tiba meningkat, bahkan kita merasa jauh dariNya, hati dan pikiran hampa dengan alasan yang rendah rasionalitasnya. Hal tersebut sinkron dengan hasil penelitian tentang syaraf yang berperan dalam kecerdasan spiritual. Setiap manusia memiliki syaraf tersebut yang disebut dengan “God spot” atau “Titik Tuhan”. “God Spot” adalah salah satu titik di dalam otak manusia yang berhubungan dengan eksistensialisme Ketuhanan. Dengan kata lain, terdapat syaraf kecil di dalam otak manusia yang dapat merespon terhadap aspek agama dan Ketuhanan. “God spot” merupakan syaraf yang terdapat di Lobus Temporal. Seperti halnya system syaraf yang lain, ia memberikan kemampuan khusus terutama dalam konteks spiritual.
Pada intinya, sebagai seorang hamba, mutlak bagi kita untuk selalu berdzikir kepada Allah, yang telah mempercayai kaum kita sebagai khalifah di alam ini. Menjaga keseimbangan dan kebaikan alam yang telah diatur oleh-Nya. Dengan selalu mengingat, God Spot pada otak ini akan semakin menuju kesempurnaan sistemnya, berepengaruh positif terhadap kehidupan seperti memberi ketenangan dan memudahkan mencari sebuah penyelesaian. Dengan mengingat Allah pula, kita mampu untuk selalu berintropeksi diri apakah telah menjalankan amanah dari-Nya yang menjadi alasan kita menjadi penghuni alam semesta ini.
Penemuan God Spot oleh para peneliti
tersebut membuktikan bahwa Allah memberikan koneksi terhadap hamba-Nya untuk
selalu mengingat dan dekat dengan-Nya. Setiap aliran darah dan detak jantung
manusia telah Allah atur sedemikian rupa, jika God Spot mengalami peningkatan
kualitas, maka seluruh aktivitas tubuh manusia berjalan dengan berdzikir
kepada-Nya. Bukankah Allah telah memberikan banyak kemudahan bagi hamba-Nya
untuk ber-taqarrub kepada-Nya? Oleh
karena itu, meskipun setiap manusia memiliki god spot pada otaknya, hal
tersebut tidak menjanjikan ia akan dekat dengan Tuhan-Nya.
picture from google.com
"Bahkan orang atheis pun dianugerahi Allah dengan God Spot, tetapi ia tidak menggunakannya dengan baik. Karena mendekatkan diri kepada Allah ialah sebuah proses dan usaha bukan sebuah keajaiban. "
picture from google.com
0 komentar: