Kamis, 05 Desember 2024

Benarkah Nilai-Nilai Kesantrian Hanya Tinggal Nama?

Benarkah Nilai-Nilai Kesantrian Hanya Tinggal Nama?

PENDAHULUAN

Menurut Komariah, pondok pesantren adalah salah satu lembaga pendidikan tradisional yang mengkaji ilmu-ilmu agama Islam. Sementara itu, santria dalah julukan untuk pelajar dibawah naungan pondok pesantren. Tentu seorangs antri diharapkan memiliki etika dan ilmu agama yang melebihi pelajar biasa, terutama di era digital seperti saat ini. Tidak dapat dipungkiri perkembangan teknologi yang semakin pesat memiliki dampak yang signifikan terhadap kehidupan manusia. 

Hal ini menjadi peluang sekaligus tantangan bagi generasi muda, khususnya para santri yang mengenyam pendidikan pondok pesantren. Jika Santri tidak bisa mengimbanginya, maka akan terjadi fenomena dekadensi moral dan lunturnya nilai-nilai kesantrian. Dengan berbagai akses informasi yang luas dan kemampuan berinteraksi secara global, para santri diharapkan mampu menyebarkan seni dan budaya Islam Ke penjuru belahan dunia. Keterampilan digital juga dapat memungkinkan seorang santri untuk berinovasi dalam bidang teknologi. 

Hal ini dapat mengoptimalkan peran santri di era digital bukan hanya untuk adaptasi teknologi, tetapi untuk memperkuat identitas dan nilai-nilai Islam di era digital. Oleh karena itu, diperlukannya benteng sekaligus fondasi yang kuat agar santri tidak terjerumus dan bisa melestarikan nilai-nilai kesantrian.

PEMBAHASAN

Era digital telah membawa banyak perubahan dari berbagai aspek kehidupan, terutama dalam akses informasi dan komunikasi. Tentu hal ini menjadi peluang dan tantangan besar terutama bagi para santri. 

Salah satu tantangan terbesar bagi para santri adalah dekadensi moral. Menurut Mahmudah, dekadensi moral adalah kemunduran tingkah laku yang menekankan kepribadian dan sifat-sifat. Contohnya yaitu tawuran, perundingan (bullying), pergaulan bebas, dan lain-lain. Sedangkan dalam era digital, dekadensi santri adalah penyalahgunaan sosial media seperti menyebarluaskan hal-hal yang tidak sesuai norma agama dan konten-konten yang tidak mencerminkan akhlak seorang santri. 

Mereka mulai krisis tergerus dengan adanya sarana yang serba terbuka sehingga menutupi marwah mereka. Banyak faktor yang melatarbelakangi munculnya kenakalan remaja, baik dari pengaruh eksternal (lingkungan) maupun internal (kemauan sendiri). Sedangkan sebagian besar santri adalah remaja sehingga kenakalan remaja tidak dapat lepas dari problematika moral dan nilai-nilai kesantrian. 

Salah satu kenakalan remaja yang masih marak terjadi di lingkungan pesantren adalah bullying. Biasanya,perundingan dilakukan oleh santri senior karena mereka merasa lebih tua sehingga berani merundung santri yang umurnya di bawah mereka. 

Salah satu kasus yang terjadi saat ini adalah kekerasan yang dialami oleh santri berumur 13 tahun yang berasal dari pondok pesantren di Kabupaten Kampar.

Gambar 1. Jadi Korban Bully, Santri Ponpes di Kampar Alami

Memar Otak

(sumber: Bertuahpos.com)

Kekerasan yang marak terjadi di Pesantren tidak bisa dianggap sepele. Apabila dibiarkan, hal ini akan menjadi kebiasaan yang turun menurun. Jika diitelusuri, banyak korban kekerasan yang tidak berani speak up karena takut diancam. Para korban tidak hanya mengalami kekerasan fisik, namun jaga kesehatan mentalsepertistres dan trauma berat. Tentu saja hal ini melanggar norma terutama dalam agama. 

Seharusnya para santri lebih paham hubungan antar manusia (hablum minannas) karena mereka sudah memiliki bekal ilmu yang diajarkan di pondok pesantren. Sedangkan dalam dunia digital, para santri juga mengalami dekadensi moral. Mereka tidak berpikir panjang dalam menyebarkan informasi yang belum jelas kebenarannya. Tidak hanya itu, dalam sosial media pun mereka sering menyalahgunakan dengan memposting konten yang menyebabkan hilangnya value santri itu sendiri. Entah dikarenakan masih awamnya mereka dalam penggunaan sosial media, atau kesengajaan mereka untuk mengejar viral dan popularitas semata. Seperti halnya konten kurang pantas yang seliweran di beranda sosial

media.

Gambar 2. Santriwati Berjoget Saat Bersholawat

(sumber: Tiktktok @pinky****)

Dalam konteks Islam dijelaskan bahwa berjoget merupakan perbuatan yang menjatuhkan wibawa (muru'ah), juga termasuk perbuat lahwun (kesia-siaan) apalagi dilakukan oleh seorang wanita. Ulama syafi’iyyah menyatakan bahwa menari memang tidak diharamkan dan tidak pula dimakruhkan. Hukum berjoget adalah mubah jika hanya sekadar gerakan lurus (tegak) dan miring. Namun, bisa menjadi haram jika seorang santri berjoget secara berlebihan dengan diiringi sholawatan.

Tidak ada yang salah dalam bersholawat dengan mengekspresikan bentuk cinta kepada Nabi. Akan tetapi mengekspresikannya dengan jogetan-jogetan yang kurang pantas bukanlah hal yang baik karena martabat perempuan itu dijaga dan dijunjung tinggi dalam Islam. Memang menjadi santriwati digital tidak dibatasi dalam hal mengunggah konten di sosial media tetapi alangkah baiknya apabila dapat lebih bijak memperhatikan marwah, iffah, dan izzah serta tidak menghilangkan nilai-nilai khas kesantrian yang mereka miliki. Selain konten negatif, ada juga konten positif yang dapat menangkap nilai-nilai kesantrian dengan benar yaitu nasyid buatan Pondok Pesantren Gontor.

Pondok Modern Darussalam Gontor atau biasa disebut Pesantren Gontor adalah pondok pesantren yang ada di Kabupaten Ponorogo, Jawab Timur. Salah satu ciri khas dari pondok ini adalah penyebaran seni dan budaya Islam tidak hanya dengan terjun langsung di masyarakat, tetapi juga melalui konten di sosial media. Sementara itu, nasyid adalah suatu kesenian Islam yang bertujuan untuk menyampaikan rasa syukur melalui pujian kepada Allah SWT dalam bentuk musik.

Melalui nasyid, Pondok Pesantren Gontor memperlihatkan dunia bahwa santri juga dapat berkarya seperti orang lain pada umumnya. Pondok Pesantren Gontor telah mempersiapkan sejak dini untuk menggali potensi dan bakat para santri dibawah naungannya karena tidak banyak para santri yang mengetahui minat maupun bakatnya. Oleh karena itu, Pondok Pesantren Gontor berperan mengembangkan bakat yang dimiliki para santri dan mengetahui seberapa jauh mereka akan mengembangkan bakatnya.

Gambar 3. Nasyid Gontor - Melodi Santri

(sumber : YouTube gontortv)

Berkembang luasnya konten islami membuat masyarakat dengan mudah menarik informasi dengan baik dan tepat, para santri dapat mengulang pelajaran apa saja yang pernah mereka pelajari dan menjadikannya sebagai bahan informasi ke khalayak ramai, tentunya konten ini dapat mengedukasi masyarakat bukan untuk merusak nilai nilai yang telah diterapkan dalam Islam. Adanya konten diatas bertujuan untuk menambah pengetahuan agama, menyajikan ajaran Islam yang murni dan sesuai dengaan konteks nilai-nilai Islam

Gambar 4. Tes Bulan Hijriah Santri Maskanulhuffadz

(sumber : Instagram @maskanulhuffadz)

PENUTUP

Dapat disimpulkan bahwa meskipun ada beberapa oknum santri yang tidak mencerminkan agama Islam, nilai-nilai kesantrian tidak sepenuhnya tinggal nama. Masih banyak santri yang bersungguh-sungguh dalam menekuni akidah dan akhlak. Oleh karena itu, perlu upaya untuk mengatasi problematika dekadensi moral. Bentuk upaya yang dianjurkan yaitu penguatan ilmu-ilmu keagamaan yang disertai dukungan dari pemerintah, masyarakat, serta keluarga. Sebaik apapun sebuah institusi pendidikan, tetap membutuhkan kerja sama dengan ketiga pihak tersebut. 

Selain pendidikan, penyebaran nilai-nilai kesantrian melalui seni juga dapat mencegah dekadensi moral. Terciptanya konten-konten bernuansa Islam diharapkan mampu memotivasi serta menginspirasi generasi muda untuk berkarya dan meninggalkan hal-hal yang bertentangan dengan agama. Untuk melestarikan nilai-nilai kesantrian melalui seni di era digital ini, diperlukannya dukungan dari berbagai macam pihak. Contohnya yaitu universitas yang memfasilitasi bakat dan minat dengan UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) berbasis Islam. Bentuk dukungan lainnya dapat berupa kebijakkan dari pemerintah dan engagement like and follow dari masyarakat. Apabila seluruh pihak mampu bekerja sama dengan baik, maka revitalisasi nilai-nilai santri dapat terwujud.



By:

Fatimah Robiatus Tsaniyyah_UIN Malang

Talitha Azmi Nurbaiti_UIN Malang

Rifcha Dinti Meilian_UIN Malang

Kamis, 02 Mei 2024

Artificial Intelegence (AI) Mengancam Kecerdasan Manusia? Mahasiswa Wajib Tahu!

 

                                                        Source : becominghuman.ai

         Di era industri 4.0, banyak orang berlomba – lomba untuk meningkatkan kehidupan mereka, salah satunya adalah dengan kecanggihan teknologi. Seperti  handphone yang  kita gunakan sehari – hari,  merupakan salah satu  hasil atau produk teknologi. Dari handphone kita dapat mengakses segala informasi dari berbagai sumber. Hal ini menunjukkan seolah – olah bahwa teknologi dapat membuat dunia dalam genggaman kita.

       Teknologi berperan penting dalam kehidupan manusia. Dengan adanya teknologi semua bisa serba cepat,  tidak terbatas jarak dan waktu. Dengan teknologi, banyak pekerjaan berat manusia menjadi lebih ringan. Hal inilah yang mendorong adanya peningkatan dan pengembangan teknologi terus menerus secara signifikan. Namun pengembangan ini haruslah didasari dengan etika, agar teknologi yang dikembangkan tidak banyak merugikan manusia.

       Adapun salah satu teknologi yang baru – baru ini berhasil dikembangkan adalah Artificial Intelegence (AI) atau kecerdasan buatan. Dikutip dari investopedia.com, Artificial Intelegence merupakan simulasi kecerdasan manusia dalam mesin yang di program untuk berpikir seperti manusia dan meniru tindakannya. Dengan kata lain, mesin yang memiliki ciri – ciri yang berkaitan dengan pikiran manusia.

       Kecerdasan buatan atau AI telah banyak dimanfaatkan dalam kehidupan, seperti Machine Learning (ML) dalam sistem pemeliharaan data yang diterapkan pada investasi, pendeteksi penipuan, dan pinjaman online. Selain itu AI juga berguna dalam pencarian di website, asisten virtual, chatbot, pengenalan ID wajah di ponsel, algoritma pada ponsel sampai digunakan pada robot yang membantu meringankan pekerjaan manusia.

      Seiring berjalannya waktu, perkembangan teknologi juga akan berkembang semakin pesat, hal ini akan mengakibatkan banyak tugas dan fungsi manusia yang tergantikan, namun juga tidak menutup kemungkinan jika akan muncul tugas – tugas baru bagi manusia yang berbasis teknologi. Kecerdasan buatan mungkin akan banyak menggantikan tugas manusia di masa depan baik dalam sains, ekonomi, pendidikan, dan bidang yang lainnya.

      Dilansir dari BBC.com, Eric Horvitz yang merupakan kepala penelitian Microsoft mengungkapkan pendapatnya terkait kecerdasan buatan. Dia menyampaikan bahwa kekhawatiran akan kecerdasan buatan yang mengancam manusia itu tidak akan terjadi. Namun Stephen Hawking yang merupakan salah satu ilmuwan terkenal di dunia  memiliki pendapat yang bertentangan dengan Eric. Dia berpendapat bahwa jika Artificial Intellegence telah dikembangkan secara penuh (dalam berpikir), maka dapat mengakhiri keberadaan manusia.

      Dalam sejatinya, perkembangan teknologi tidak dapat dihindari, bahkan kita akan menjadi seseorang yang tertinggal jika tidak mengikuti perkembangan tersebut. Kecerdasan buatan (AI) yang berkembang memang banyak memudahkan pekerjaan manusia dan tidak ada salahnya jika dikembangkan lebih baik lagi. Namun kita juga harus tetap memperhatikan etika dalam mengembangkan teknologi tersebut. Kita juga harus memperkaya SDM yang berkualitas di bidang teknologi. Dengan begitu teknologi AI (kecerdasan buatan) dapat dikembangkan secara optimal dan manusia bisa tetap berperan penting di dalamnya.

Senin, 18 September 2023

Mengenal Ritme Perkembangan Manusia Dewasa


Istilah dewasa merupakan suatu masa dimana organisme manusia telah mengalami perubahan dan kematangan, artinya dewasa ini merupakan masa peralihan kanak- kanak menjadi pria atau wanita seutuhnya. Pada masa ini, manusia akan mengalami masa dimana ia telah menyelesaikan proses pertumbuhannya dan mengharuskan dirinya berkecinampung dengan masyarakat yang tentunya juga akan menjumpai banyak persoalan kehidupan yang akan dilaluinya. Dibandingkan dengan masa sebelumnya, masa dewasa ialah waktu yang paling lama dalam rentang kehidupan.[1]

Masa dewasa biasanya dimulai dari usia 18 tahun hingga kira-kira usia 40 tahun dan biasanya ditandai dengan selesainya pertumbuhan pubertas. Pada masa ini, individu akan mengalami suatu perubahan fisik dan psikologis tertentu bersamaan dengan masalah-masalah penyesuaian diri dan harapan-harapan terhadap perubahan tersebut. Dalam masa kedewasaaan dengan berakhirnya masa adolesensi ini, dapat dikenali ciri utamanya yaitu:

1.      Mampu mengaitkan realitas dunia luar yang objektif dengan kehidupan jiwanya sendiri

2.      Mampu mengendalikan dorongan dari dalam untuk diarahkan pada tujuan yang bermanfaat

Batas dari adolesensi tidak memiliki patokan yang jelas karena adanya berbagai bentuk ekspresif yang ditunjukkan dari masing- masing individu. Namun, kebanyakan adolesensi ini dapat dilihat dari seberapa matang pemikiran yang dihasilkan dari masa keremajaan. Proses kedewasaan ini biasanya tidak jauh melekat pada kesadaran diri terhadap taggungjawab atas dirinya sendiri. Seperti kesadaran untuk memilih jalan hidup yang akan ditempuh untuk menciptakan jati diri yang berguna di masa yang akan datang. Adanya rasa tanggung jawab atas dirinya ini berarti bahwa seseorang tersebut memahami arti norma susila dan nilai- nilai etis yang berlaku.

Setelah mengenal ciri adolesensi pada proses pendewasaan, maka perlu diketahui bahwa pendewasaan ini juga terdapat faktor- faktor yang mempengaruhi perkembangan manusia dewasa. Menurut Elizabeth B. Hurlock, beliau membagi masa dewasa menjadi 3 bagian, yaitu[2]:

1.      Masa Dewasa Awal (Masa Dewasa Dini/ Young Adult)

Masa dewasa awal ialah masa pencarian kemantapan dan masa reproduktif yaitu suatu masa yang penuh dengan masalah dan ketegangan emosional, periode isolasi sosial, periode komitmen dan masa ketergantungan, perubahan nilai-nilai, kreativitas dan penyesuaian diri pada suatu hidup yang baru. Berkisar antara umur 21 sampai 40 tahun.

2.      Masa Dewasa Madya (Middle Adulthood)

Masa dewasa madya ini berlangsung dari umur 40 sampai 60 tahun. Ciri-ciri yang menyangkut pribadi dan sosialnya antara lain; masa dewasa madya ialah masa transisi, di mana pria dan wanita meninggalkan ciri-ciri jasmani dan perilaku masa dewasanya dan memasuki suatu periode dalam kehidupan dengan ciri-ciri jasmani dan perilaku yang baru. Pada masa ini, biasanya tingkat perhatian spiritual lebih besar dibandingkan dengan masa sebelumnya, dan terkadang minat dan perhatiannya kepada agama ini dilandasi kebutuhan pribadi dan sosial.

3.      Masa Dewasa Lanjut (Masa Tua/ Older Adult)

Usia lanjut ialah periode penutup dalam rentang hidup seseorang. Masa ini dimulai dari umur 60 tahun sampai akhir hayat, yang ditandai oleh adanya perubahan yang bersifat fisik dan psikologis yang semakin menurun. Adapun ciri-ciri yang berkaitan dengan penyesuaian pribadi dan sosialnya seperti adanya perubahan yang menyangkut kemampuan motorik, kekuatan fisik, perubahan dalam fungsi psikologis, perubahan dalam sistem saraf, dan style berpenampilan pun terkadang sudah berubah mengikuti usia.

Manusia merupakan makhluk hidup yang bisa tumbuh dan berkembang. yang mana indikator tumbuh berkembangnya manusia memiliki perubahan dan bentuk yang berbeda-beda. Namun, meski begitu ada tahapan- tahapan perkembangan manusia yang dapat kita kenali yakni terbagi menjadi beberapa fase, diantaranya yaitu masa dewasa atau masa dini, dimana menjadi masa produktif karena pada rentang usia ini merupakan masa-masa yang cocok dalam menentukan pasangan hidup, menikah, dan berproduksi.  Pada masa ini, organ reproduksi sangat produktif dalam menghasilkan keturunan. Kedua yakni masa dewasa madya atau middle adulthood. Pada masa dewasa madya, individu melakukan penyesuaian diri secara mandiri terhadap kehidupan dan harapan sosial. Dan yang terakhir yakni masa dewasa lanjut atau Older Adult. Pada masa ini kerap kali ditandai oleh adanya perubahan yang bersifat fisik dan psikologis yang semakin menurun.



[1] Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan , (Jakarta: PT Kharisma Putra Utama, 2011) 245

[2] Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan , (Jakarta: PT Kharisma Putra Utama, 2011) 246- 248

 


Senin, 01 Februari 2021

Quotes Inspirasi kelima


 

“ Terlahir untuk berkarya, itulah fitrah manusia yang sebenarnya”

Setiap orang bisa berkarya sesuai dengan kemampuan yang ia bisa selama ia meiliki keinginan dan usaha. Berkarya, bukan hanya tugas orang-orang yang dianggap hebat saja. Melainkan, semua manusia yang dilabeli sebagai amkhluk yang sempurna sebab akalnya.

Quotes Inspirasi keempat


 

"Saat kita punya niat lain atau tidak ikhlas dalam melakukan suatu aktivitas, pada akhirnya pasti akan  kecewa."

Mengapa ? karena, kita tidak selalu bisa melakukan semuanya dengan sempurna. Tidak bisa juga memastikan upaya yang  kita lakukan akan dihargai.  Selain itu, kita juga tidak bisa menjamin  hasil yang nantinya didapatkan sesuai dengan harapan. Ikhlas yaitu menjadikan Ridho-Nya sebagai satu-satunya tujuan. Sehingga, ketika usaha dan karya kita dianggap tidak berharga, rasa kecewa  tidak akan  membuat kita berhenti melakukan yang terbaik di setiap keadaan. Karena, yang utama buat kita adalah penilaian-Nya bukan manusia atau hasil semata.

Quotes Inspirasi ketiga


 

"Rumput tetangga memang indah, tapi rumput sendiri jika dipupuk dengan benar, juga akan menghasilkan tanaman yang indah."

  Insecure, pada dasarnya tidak disebabkan karena kita tidak memiliki apa-apa. Akan tetapi, kita belum tahu apa yang kita punya dan cara memaksimalkannya. Sebab, kita terlalu fokus memperhatikan kelebihan oranglain sehingga seringkali berujung  menghakimi kekurangan diri sendiri. Padahal, setiap orang diciptakan istimewa dengan kelebihannya masing-masing. Hanya saja, ada yang menyadari kelebihan yang ia miliki kemudian dikembangkan dengan maksimal dan sebaliknya. Ada yang terlambat menyadari sehingga merasa tak punya apa-apa dan menganggap dirinya tidak berharga.

Jumat, 29 Januari 2021

PENGARUH MINIM PEMAHAMAN SYARI’AT DAN RASIO JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PENOLAKAN POLIGAMI

 Fadhil Achmad Agus Bahari

2016fadhil@gmail.com



    Poligami merupakan salah satu syari’at Islam yang mendapat penolakan keras oleh berbagai kalangan masyarakat, bahkan dari kalangan muslim sendiri. Oleh karena itu, menjadikan hal tersebut fenomena yang menarik untuk dikaji lebih lanjut, mengungkap sebab penolakan masyarakat dengan harapan dapat menjelaskan sikap yang proporsional menanggapi poligami di masa sekarang khususnya di Indonesia.

    Kajian ini merupakan kajian pustaka dan fenomena, sehingga diperlukan perpaduan dua macam pendekatan, yaitu pendekatan kualitatif melalui analisa sejarah pensyari’tan dan pendekatan kuantitatif melalui analisa poling dan fakta sosial dari lembaga survei dan Badan Pusat Statistik (BPS), kemudian mengkomparasikan kedua kesimpulan tersebut.

    Hasil kajian ini akan menunjukkan beberapa sebab fenomena penolakan poligami, yaitu: 1) Syari’at poligami oleh Islam adalah solusi masalah sosial kemasyrakatan, 2) Minimnya pengetahuan masyarakat tentang alur lintas sejarah pensyari’atan poligami, 3) Keseimbangan perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan Indonesia berimplikasi terhafap atmosfer penolakan poligami.

Kata kunci : Poligami, sejarah pensyari’atan, analisa poling.


Minggu, 24 Januari 2021

Quotes Inspirasi Kedua


" Kita harus memaksimalkan apa yang kita miliki" 
Tidak harus menunggu sempurna untuk bisa menjadi seseorang yang berguna.Bila kita tidak punya cukup harta yang bisa diberikan, masih ada dua tangan yang bisa kita gunakan untuk membantu oranglain. Bila kita tidak memiliki tenaga dan fisik yang sempurna untuk membantu sesama, masih ada hati yang bisa kita gunakan untuk memintakan kebaikan untuk mereka.

Quotes Inspirasi Pertama

MENGHORMATI&DIHOROMATI
 
  

 

"Hormatilah orang lain, maka kelak kamu akan dihormati juga. Jika kamu tidak dihormati, mungkin anak cucumulah yang akan dihormati oranga lain." 
Persis ya, seperti sebuah ungkapan "Apa yang kita tanam hari ini, itulah yang kan kita petik esok hari". Karena seperti yang kita tahu bahwa bentuk balasan yang akan kita dapatkan tak pernah bertentangan dengan perbuatan yang telah kita lakukan. Sebab, cara kita memperlakukan oranglain merupakan cerminan dari perlakuan yang kita inginkan.