Minggu, 04 Oktober 2020

INDONESIA ADALAH NEGARA SIMBIOTIK: PANCASILA SEBAGAI DASAR IDEOLOGI NEGARA DALAM PERSPEKTIF ISLAM

 

INDONESIA ADALAH NEGARA SIMBIOTIK: PANCASILA SEBAGAI DASAR IDEOLOGI NEGARA DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Najmi Rahayu
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
najmirahayu06@gmail.com



 “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya.”. (Ir. Soekarno, pidato hari pahlawan 10 November 1961). Petikan kalimat Ir. Soekarno mengisyaratkan setiap jiwa untuk  menghargai jasa pahlawan yang rela mati di medan pertumpahan darah demi terwujudnya cita-cita kemerdekaan yang selama ini menjadi asa bangsa Indonesia. Api semangat yang membara menuai ketentraman dan bisa bernafas lega hingga detik ini. Menghargai bukan berarti  mengangkat senjata di medan pertempuran, namun bermakna menjaga eksistensi sejarah yang telah diusung, bukan menghancurkan atau mengubah esensi negara salah satunya pancasila. Indonesia memiliki pancasila sebagai dasar ideologi negara. Pembentukan pancasila berproses cukup lama. Dimulai dari sidang BPUPKI sampai perbedaan argumen antara ulama’ dan non muslim mengenai sila pertama “Ketuhanan yang maha esa dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi pemeluknya”. Satu suara pada akhirnya berhasil diputuskan menjadi sila pertama yang berbunyi “Ketuhanan yang Maha Esa”. Hal ini membuktikan bahwa bangsa Indonesia memiliki rasa patriotisme dan gandrung akan keadilan dan toleransi sesuai dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika “Berbeda-beda tetapi tetap satu jua”

Pancasila adalah landasan dan pedoman negara. Pembentukan pancasila memiliki torehan tinta sejarah dan disusun para pejuang bangsa baik muslim maupun non muslim. Sehingga tidak benar jika ada sekularisasi antara agama dan negara. Karena, pancasila sebagai ideologi negara mengandung nilai-nilai keislaman mutlak yang disesuaikan dengan cita-cita bangsa Indonesia. Sila Pertama “ Ketuhanan Yang Maha Esa” mengandung arti bahwa Allah SWT adalah Tuhan yang maha Esa dan Islam tidak menuntut untuk memeluk agama islam, hal tersebut juga tercermin dalam Q.S Al-Kafirun ayat 6 Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku”. Sila kedua “Kemanusiaan yang adil dan beradab”, mengandung arti bahwa manusia berhak untuk hidup dan Islam melarang membunuh satu sama lain. Sila ketiga “Persatuan Indonesia” mengandung arti bahwa Islam memerintahkan untuk mencintai negara, karena hal itu sebagian dari iman. Sila keempat “Kerakyatan yang dipimpin oleh khidmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.” mengandung arti bahwa Islam memerintahkan untuk patuh dan taat terhadap pemimpinnya. Sila kelima “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” mengandung arti bahwa Islam memerintahkan manusia untuk bersikap adil.

Nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila didasarkan pada ajaran islam sebagai bukti bahwa Indonesia bukanlah negara sekuler melainkan simbiotik, artinya tidak memisahkan antara kepentingan agama dan negara. Karena, Islam merupakan agama mayoritas sehingga kontribusinya sangat besar. Para ulama’ ikut andil memerdekaan Indonesia dari belenggu penjajah, K.H. Hasyim Asy’ari salah satunya. Beliau menggalang kekuatan santri demi membela agama dan negara sebagai bukti bahwa tidak ada sekat antara kepentingan agama dan politik. Negara tanpa campur tangan agama bak dunia tanpa cinta yakni kurang sempurna. Berbeda dengan negara barat seperti Amerika, Prancis, Inggris, dan negara persekutuannya yang menggunakan prinsip negara sekuler. Negara menganggap bahwa agama hanya mengganggu urusan negara dan memberikan aturan yang menyekat kebebasan.

Berdirinya negara sekuler di Eropa disebabkan dendamnya terahadap The dark age (zaman kegelapan). Masa kegelapan menyisakan kisah tragis menimpa para ilmuwan akibat doktrin gereja. Selama beberapa abad, Barat dikuasai doktrin gereja yang cenderung menolak hasil kajian ilmu pengetahuan dan budaya falsafah berpikir yang pernah berkembang pada masa sebelumnya di Yunani. Setelah Kristen menjadi agama resmi Imperium Romawi pada dasawarsa ketiga abad ke-4 Masehi, para tokoh agama bersemangat  melakukan  kampanye  untuk  membasmi  ilmu  dan filsafat. Dominasi gereja sangat  kuat dalam berbagai aspek kehidupan. Agama Kristen sangat mempengaruhi berbagai kebijakan yang dibuat oleh raja-raja. Pemikiran manusia pada Abad Pertengahan mendapat doktrinasi dari gereja. Hidup seseorang selalu dikaitkan dengan tujuan akhir (ekstologi). Kehidupan manusia pada hakekatnya sudah ditentukan oleh Tuhan. Maka tujuan hidup manusia adalah mencari keselamatan. Doktrin gereja tersebut berkembang hingga abad pertengahan, sehingga pada saat itu pula, dunia Barat mengalami masa kegelapan yang  pada  akhirnya  berakhir  pada  perlawanan  para  ilmuwan  yang mempertahankan  pendirian  ilmiahnya  dan  berkoalisi  dengan  raja untuk  menumbangkan  kekuasaan  gereja. Sehingga lahirlah zaman Renaissance, yaitu zaman yang bebas dan tidak lagi terbelenggu oleh agama. Muncul nya Renaissance  menumbangkan  kekuasaan  gereja  yang akhirnya melahirkan sekularisasi dan lahirlah dikotomi antara ilmu dan gereja (agama). Adanya sekularisasi ini, karena sebelumnya agama tidak memiliki sikap kemanusiaan, artinya tidak berjalan beriringan sehingga harus dipisahkan.

Berkaca pada benua Eropa, Indonesia patut bersyukur dengan adanya campur tangan agama dalam politik akan memajukan negara untuk menggapai cita-cita bangsa, karena seimbang antara kepentingan agama dan negara. Indonesia secara mutlak tidak dapat dipisahkan dari agama Islam, karena pancasila sendiri memiliki nilai-nilai keislaman dan hukum yang diterapkan dilandaskan pada hukum islam yang dikenal dengan hukum positif. Syariah islam tidak sepenuhnya diterapkan karena Indonesia negara multiagama. Hukum positif ini dilandaskan pula kepada Pancasila dan UUD 1945. Kedua konstitusi ini disusun oleh para ulama’ dan pahlawan yang mayoritas beragama islam, keduanya adalah produk islam dan diterapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Maka dapat disimpulkan bahwa Negara Indonesia adalah negara simbiotik, bukan negara sekuler. Sehingga ada hubungan timbal balik antara agama dan negara.


Previous Post
Next Post

0 komentar: